(BUKAN) MANUSKRIP BIASA
"Malang Nasib Si Kampung Halaman"
Oleh: Edi Putra
Catatan: Kepade yang tue kami mohon maaf, kepade yang berilmu kami mohon petunjuk dan kepade yang mude kami mohon sokongan. Jangan dimarah kalau salah bahase, jangan dikunyah kalau salah kate. tidak melangkahi tuan dan puan, saran dan nasihat kami butuhkan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Dikisahkan pada suatu zaman terdepan, terdapatlah sebuah wilayah perkampungan tua dipesisir timur yang hidup dengan damai, tenang dan tentram. Perkampungan yang dihuni mayoritas masyarakat dari suku Melayu sejak ratusan tahun yang lalu tersebut, hidup keseharian dengan hasil dari alam laut dan darat sebagai sumber mata pencaharian."
"Namun pada suatu hari, suasana mencekam menyelimuti dan menghantui perkampungan ini. 16 titik lokasi yang terdapat hunian masyarakat akan digusur dan dipindahkan dari perkampungan tersebut":
Perkenalan diri.:
Yang : siapak namak Diko ?
Awang: namak akuk gubernur laut. Namak diko siapak?
Yang: namak akuk wali kota deat.
Awang: yakk...
-------------------------------------------------------------
Hari demi haripun berlalu, 40 tahun sudah pertemanan Awang dan Yang sejak perkenalan itu. Dan disuatu Dimalam cuaca yang dingin, saat Awang melintasi jalan busung selepas membeli belacan dari warung, Awang melihat si Yang sedang duduk termenung ditepi pelantar. Karena penasaran, Awang pun menyapanya:
Awang: "apak diko tuk yang temenong? tesampok kagik"
Yang: "akuk lagi miki naseb kampung kitak keh bah. denge-denge kampung kitak keh nek dibongon pabrik bese dan kitak kenak pineh deik sikeh. kalau kenak gusur uang kota, macam manah lah naseb anak cucuk kitak nih"Awang: "aok akuk lah denge jugek berita tuk. Tapi apak yang diko eoh sangat tuk yang. ken mikak diek gentik ugik jugek. kitak depat umeh, depat duit, mikak diek muet kanto jugek, adek sekolah juge, mesjitpon adek jugek. apak yang adek deket kampung kitak keh, nanti adek muan dibuet ulang mikak diek. tenang ajek lah diko. diko legik depat juge makan, lakik diko lagik depat keejek."Yang: "akuk tidek kesah muan ituk bah. kalau untuk akuk ajek, atau anak akuk, depat bene kalau setakat makan tuk. lakik aku kuat bene lagi ngedek dengan nyomek. tapik keh permasalahan diek, kempung kitak keh kampung tuak. lah beetus taun yang lalu nek moyang kitak idup deket sikeh. benyak sejarah kitak deket sikeh. Nanges Bathin Limat kalau diek idup nengok keadaan anak cucuk diek didzolimi macam gikeh".Awang: "aok jugek nih, akuk tidek tepiki sampai kesituk pulak".Yang: "aok bah... ituk lah ikeh penting bah untuk kitak jegek. kampung kitak keh buken kampung beuk. lah benyak tumpah deah uang tuak kitak duluk deket sikeh. kitak uang melayu keh lah yang mongon kota keh, buken uang lua".Awang: "jedik kitak keh harus macam manah?"Yang: "ikeh harus kitak lawan bah. bah cubek lah piki beik-beik, kalaulah kitak keh dipineh mikak diek, kampung kitak kenak gusur, ilang muan nilai sejarah kitak. musak lagi tempat untuk kita nunyuk ceitak dengan anak cucuk kita tentang nek moyang mikak diek. utan kitak abis, laut kita abis, deat kita apak lagik. semuan tuk adek nilai sejarah diek".Awang: "aok nih.., yak emang... betullah katak diko tuk yang. ikeh tidek bulih dibie. kitak harus bela kampung kitak. kitak harus pertahankan kampung kitak keh. tapi caak diek macam manah?"Yang: petamak tuk kitak harus kompak bah. semuak masyarakat kampung harus sepakat nyegek kampung ikeh dan menolak untuk dianta ketempat lain.Awang: yeh... lah dipinehkan pulak. nek dipineh kemana pula kitak keh? macam model diko kehYang: aoklah bah, kalau lah digusur kitak dipineh mikak diek ketempat lain. mikak dieklah yang nyiapkan tempat untuk kitak.Awang: yeh. matik kitak. akuk segen ah pineh tempat lain. tok nek aku kubu deket sikeh, aku ngedek,nyomek deket sikeh. aku beenak, bese, deket sikeh. cewek akukpun budek sikeh. lah nek kenak pineh pula. eoh bene kadeng mikak diek tuk nih.Yang: "aok bah... bah ajeklah masyarakat sikeh untuk nolak".Awang: "aoklah kalau gituk... subuh kagik bie akuk ngetok-ngetok pintuk umeh uang sikeh.."Yang: "bah keh macam musak waktu lain ajek.. apak keejek bah ngetok subuh-subuh."Awang: "yeh diko keh, ikeh lah malam lah jem sebeles, matik akuk bentai uang kagik ngetok tengah malam gikeh. kalau subuh ken mikak diek lah bongong muan."Yang: "aok nih. lupa jugek akuk ikeh lah malam."Awang: "tuk lah diko, benyak sangat temenong. laluk antuk beuk tauk diko".Yang: "bie laluk antuk bah deik pada laluk penguasa. laluk antuk tingel ruqyah, tapi kalau laluk penguasa keh, kita terjajah". (besamung...)
_Pesan Emak_
Pendawai: Dion