NEGERI DWI RUPA
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
*** Kokoh Pancasila membentuk kesatuan dan persatuan bangsa. Piagam Jakarta yang diguyon memecah belah suku agama, menindak perubahan kekuatan politik untuk meneguhkan keberadaan tapak negara. Lahir dari rahim yang kuat lagi suci, Pancasila dijadikan pokok pedoman pembangunan dan pemgembangan bangsa.
Telah mendunia, tapi sulit untuk membumi. Guyuran caci maki dan kucilan yang memihak ke satu arah, yaitu arah peradaban Indonesia. Ini pokok permasalahan yang menajadi penghambat pembangunan dan pengembangan dapat tercapai. Rakyat memang menentang Pluralisme, tapi Rakyat menerima Pluralitas.
Salah banding, jadi bumerang diantara kelompok masyarakat. Rekayasa perencanaan penguatan pembangunan.
Undang-undang yang dijadikan sebagai program proyek pemerintah, sebab tolak ukur masyarakat atas keberhasilan jabatannya. Tidak lagi disesuaikan dengan wilayah laut, udara, dan perairan. Kebutuhan pangan, papan, dan sandang. Kesenjangan sosial, budaya, dan agama.
Berikan satu wadah yang besar lagi kuat untuk menampung undang-undang dan peraturan pemerintah, berikan bolongan dengan tiga saringan halus untuk membuktikan tentang kebutuhan, kesesuaian, dan keraturannya.
Perlahan coba melirik celah ruangan para pejabat yang sedang berkumpul, berbicara kepala negera didepan publik "Indonesia Tetap Satu". Lalu pindah ke ruangan yang lainnya, "Masyarakat Indonesia harus tetap kompak" . Lalu berlari keruangan disebelahnya " Tegakkan Pancasila dan ta'ati undang-undang.bekerjasamalah untuk membangun negeri ini" dan terakhir tersisa ruangan yang tertutup berbicara lah ia "Negara Kita Terlalu Banyak Peraturan".
Rancangan hukum negara untuk mengatur kehidupan rumah tangga pemerintahan Indonesia, masyarakat, politik, ekonomi, budaya, serta kemaslahan lainnya. Ke ketuk palu, Undang-undangpun berlaku. Ku kumpulkan pejabat pemerintahan, lalu undang-undang ku cabut dan ku batalkan.
Masyarakat Indonesia tumbuh dewasa dengan meng-indahkan kebutuhannya. LAWAN ! Jika bertentangan ! Gemanya di depan pimpinan pemerintahan. KRITIK !jika tidak sesuai ! Serunya dihadapan sosial media.
Aku menjadi lunak melihat kawah batu bara yang berserakan. Lemah lutut ku melihat pengeboran minyak yang semakin mendalam dan meluas. "Benarkah Memang dalam?" Jawabannya "Iya"
Disisi mata sebelah kanan, tampak meriah sambutan proyek yang berjalan. "Benarkah merasa senang?" Jawabannya "iya".
Di sisi mata kiri, tampak meringik jerit pihak yang merasa dirugikan. "Benarkah merugikan?" Jawabannya "iya".
Begitu cantik nan indah taman diperkarangan bunga. Disiram dan dirawat dengan kasih sayang. Diberikan pagar yang kuat dan kokoh agar tidak mudah dirusak oleh tangan yang tak bertanggubgjawab. Dipangkas yang mati, di tanam benih yang subur. Begitupula seterusnya hingga pagar tak lagi sanggup mebekap suburnya tanaman.
"Bangsa yang besar, ialah bangsa yang menghargai sejarah." Begitu pesannya.
"Ketakutan dan kegelisahan penjajah, karena kekuatan dan kekompakkan rakyat" sambung tuturnya.
Betidak dewasa, Pancasila semakin tua usianya. Undangan-undang semakin bertumbuh subur.
Memijak ibu Pertiwi dengan sikap dan perilaku. "Benarkah demikian?" Jawabannya "benar".
"Tertawalah, sebelum terawa itu dilarang" lawakannya tersentuh. "Berbicaralah setelah berbicara dilegalkan". Tegasnya.
Hijau hutan alam Indonesia, Biru lautan Indonesia, memerah bara digunug merapi Indonesia, namun menguning Undang-undangnya.
Menentang Pancasila, kau menjadi musuh. Mengkritik undang-undang, kau jadi buronan. Meng-idealis diri, kau dianggap sombong. Berdiam diri, kau dianggap lemah. Sikap nasionalime tidak terukur dan teratur lagi.
Saat ini Putih yang dipegang, merah mereka yang mengibarkan.
Siapakah pemilik, siapa penerus.
Negeri yang Tidak tampak oleh mata, tetapi wajib diimani.
Salam Indonesia Merdeka. (***)
Tags:
pemerintah